Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Lara Kematian

LARA KEMATIAN * Perempuan suci Helaan nafas terakhir. Nyawa yang lepas dari jasad. Kelu… Pilu… Pasrah... Tak ada gairah, lemas terkulai. Tak bisa berontak, Percuma melawan. Orang-orang hanya menatap tanpa merasa berpijak pada dua dunia, Sebab bukan giliran mereka Rintih… Nyeri… Menusuk… Tertancap.. Pedih… Terlepas… Tak ada aliran darah Detak terhenti  Udara dalam jasad tak terasa Mata tertutup. Pucat,kaku, sayup. DIAM! DIAM! DIAM! DUKA! DUKA! DUKA! TANGIS! TANGIS! TANGIS! semua tak punya berarti, Hanya ada lara kematian

Terkurung Prasangka#2

Terkurung Prasangka Episode 2 Oleh: Rifa Nurafia Manusia itu tetap menangis, menghujat waktu yang katanya salah menempatkan dirinya pada keadaan malam yang tiba-tiba seperti petir mengangetkan dan membuat ketakutan. Manusia tetap terkadang bersumpah serapah pada kesempatan yang sudah dinikmatinya karena semua angan berubah menjadi menyakitkan. Waktu yang singkat malam ini menjadi pelampiasan atas apa yang sudah dilihat, mulutnya berujar andai, andai, andai, dan andai. Lantas jika kata “andai” itu berwujud pada kemunduran waktu beberapa menit dan semua pilu yang dianggap menyakitkan tak dijumpai apa akan tetap bahagia dan baik-baik saja? Kemudian manusia itu berangan melewati awan berharap beberapa menit yang sudah dilewati dengan pikiran dan kaitan yang pilu dengan membuat sebuah kata “andai” akan menyebabkan kejadian itu tak dialami dan tak terdeteksi, kau terkurung dalam prasangka! Aku harap tak pernah lewat pada alur yang membawaku hingga terdiam dan merenung. Kurunga

Terkurung Prasangka

Terkurung Prasangka Oleh: Rifa Nurafia Ternyata ada jarak yang tak bisa aku jelaskan, ada ucapan yang tak bisa diucapkan bahkan ada waktu yang aku harap berbalik dan terpotong dan tak aku lewati peristiwanya. Malam ini langit begitu hitam tanpa bintang, sementara tiba-tiba datang angin datang merusak semuanya. Satu kalimat yang membuat dinding kelopak mata nyaris tak hentinya mengeluarkan buliran. Satu kalimat sederhana yang dibaca lewat status dalam sosial media. Malam ini seisi kamar rasanya   menatap dengan keheranan, dengan semua tanya dan rasa kebingungan. Tak mungkin berteriak sebab tak ada yang mengerti mengapa bisa terjadi. Tubuh yang menyender dinding,   wajah ditekuk dan ditahan oleh kaki kiri yang dipeluk   menjadi fokus   di atas kasur.   Tak terhindar ada akibat dari satu kalimat sederhana dari sosial media meruntuhkan semuanya. Lebur, hancur, patah, tercecer dan menyakitkan. “Perempuan bisa apa, bolehkan dia menyatakan perasaan cintanya lantas bertanya pada yan