Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Tentang Menyerah

    Semua orang bilang padaku, bahwa kau kuat dalam segalanya. Kamu mampu dalam mengendalikan segala hal. Sesungguhnya tidak ada yang pernah memahami dirimu sepenuhnya. Termasuk dirimu sendiri. Kau terus memaksa tegak berdiri kokoh. Sedang dirimu ingin menyerah. Apa yang salah dengan ingin menyerah? Kau tak perlu sungkan bercerita, seperti pada orang-orang yang melihatmu kuat. Ah, manusia. Kadang Cuma melihat di permukaan.   Sejak pagi yang semakin membuat sesak, kau tak bergeming dari jendela kamarmu. Meskipun aku menyapamu berkali-kali. Di beranda tempat kita bersua, kau tak pernah duduk kembali di sana. Sudahkah kau kembali di tempat kau bersama orang-orang kuat itu? Ah, aku hanya melihat kau dengan penuh haru. Kau ternyata baik-baik saja, meski sebelumnya kau ingin menyerah. -Rifa Nurafia                                                                                                                                                             16/12/

TERKURUNG PRASANGKA #3

Terkurung Prasangka Episode 3 oleh: Rifa Nurafia Aku begitu sadar bahwa kau memang sempat menganggapku sebagai wanita, sebentar. Setelah itu, kau terlihat berlalu dan melupakan perasaan itu. Kau memendamnya dan tanpa sadar kau justru menancapkan teka-teki padaku. Sadarkah kau, bahwa perempuan yang sedang kamu hadapi punya dendam dan ambisi yang tinggi. Ah, sudahlah dijelaskanpun kau tidak akan paham. Kau tidak pernah anggap aku lebih dari sekedar teman dan adik. Akhirnya perasaan ini meletup selalu memaksa untuk diutarakan. Tau kah kau? Menjadi aku yang memendam seperti malam-malam dingin yang terus berusaha menghangatkan diri setiap aku harus menangis. “Aku benci padamu, saat ini.” gumamku setiap kali rasanya aku meminta penjelasan pada diriku sendiri. Tapi sepertinya aku kehilangan kendali dan siang ini tiba-tiba berteriak di meja kerjaku. “Husssh, kenapa?” April menyadarkanku. “Eh, engga-engga. Aku cuma lagi kacau pikiran aja.” Jelasku padanya. “Kamu sepertinya baru

PEREMPUAN DAN PERLAWANAN #2

PEREMPUAN DAN PERLAWANAN #2 Rifa Nurafia Why, If I am Woman? Pertanyaan di atas yang muncul pada pikiran setelah mengenal banyak manusia dan usia sudah bukan lagi remaja. Kemudian, terlontarkanlah juga kalimat “kamu tuh perempuan.” yang selanjutnya disusul dengan narasi bersubjektif mengkerdilkan perempuan ketika memutuskan untuk “berpendidikan”. Pernyataan yang seolah menjadi pelemahan. “ngapain sih sekolah tinggi, ujungya di dapur.” “jangan tinggi-tinggi sekolah, nanti cowok minder.” “udah jangan pilih-pilih nanti susah jodoh.” “saya minder deket sama kamu loh.” “cape-cape kuliah, ujungnya cuma urus anak dan suami.” “mikirin karier mulu, cowok pada mundur karena kamu ketinggian gaji.” “perempuan mah harus patuh, nurut, ini, itu.” “kalau jadi sarjana Cuma kerja jadi A, B, C, mending kaya kita aja atuh sama aja hidupnya.” “udah 25 tahu, cepet nikah, nanti jadi perawan tua.”   Itulah kalimat yang sedikit banyak terlontarkan pada beberapa perempuan. Pada

2.06

2.06 Kau tahu rasanya terbangun tengah malam menangis? Kau tau rasanya, menangis tanpa jeda lalu kau menyadari bahwa terabaikan? Atau jiwamu ingin melenyap tapi kau tidak pernah bertemu api? 02.33 Kau Kau Kau Kau Kau Tau Kah Rasanya Pikiranmu Penuh dengan impian Dan itu tentang seorang anak manusia.

Cerpen

Pengkhianatan Menunggu Karya: Rifa Nurafia Detik itu aku melihat wajah penyesalan.   Sayup-sayup heningnya keramaian toga dan duri buket bunga sepertinya menyakitakan. Sore itu bersama langit yang berwarna biru dan cerah ada kekesalan dalam balutan yang berjanji berusaha saling memantaskan, mungkin jika bisa berteriak dan berkata kecewa itu akan terlontar dari mulutnya. Tapi kenyataanya,tetap bersikap tegar seperti karang yang sebenarnya jika terkikis air lautpun akan rapuh. **************************** Di sebuah dusun, di pedesaan Yogyakarta. Aku, Gus, dan Ratna bersahabat sejak dari kecil. Posisi kekerabatan aku dan Gus memang menjadi kedekatan tersendiri. Aku memanggil Gus dengan Mas dan Gus memanggilku dengan Lee. Aku dan Gus sepupuan dari pihak ayah, tapi aku dan Ratna pun masih ada kerabat meski sangat jauh. Ratna cucu dari adiknya nenek pihak ibu. Semenjak dari SD sampai SMP aku dan Gus selalu satu sekolah, Hanya Ratna diantara kami berdua yang tidak pernah satu sek

21.21

21.12 Cukup sadar Mencintai lelaki dengan penuh ambisi Dengan itu Perempuan berusaha untuk layak untuk dipilih 21.13 Aku Aku Aku Akan Buat Kau Memandangku Dan Tumbuh Bersama Sebagai Manusia Yang Bijak Dalam Pikiran Dan Perbuatan

08.30

08. 21 Pun bila orang itu bukan kamu, Akan tetap rasanya 08.22 Lewat sedikit Atau Berjuang lebih baik 08.23 Pada saat bidikan takdir yang kau buat jaring Tuhan mempertemukan kita pada jumat 08.24 Berakhir di Januari atau Juni Akan tetap pada masa ketetapan Atau keduanya akan menjadi tanya Dipastikan dapat bagian miliaran mimpi 08.26 Tetapkan dan tetapkan dan pertautkan segala jarring mimpi Titik fokus untuk saling menyatu pada ambisi masing-masing Maret, 2020

04.00

04.05 Dadaku sesak dengan rindu Pikiranku penuh tentang manusia Lalu hatiku isinya condong pada satu orang Sudah berbulan-bulan seperti ini, Kamu sadar tidak aku suka? 04.11 Tentang kamu dan segala ambisiku Hakku adalah tentang menyukai, Dan tidak ada kewajibanmu untuk melarang itu. 04.13 Jika nanti ini berakhir sepi, Terlupakan, Bahkan bertepuk sebelah tangan, Aku Tidak menyesal mengambil hakku menyukaimu, Aku Mengenang kamu dalam tulisan. 04.15   siapa kamu? Tanya pada diri kamu, Bisa jadi itu kamu yang aku maksud.

PEREMPUAN DAN PERLAWANAN

PEREMPUAN DAN PERLAWANAN *Rifa Nurafia Ada hal yang menjadi sangat penting untuk dilawan oleh perempuan, yakni pemikiran-pemikiran dan relasi kuasa soal keseluruhan diri perempuan oleh sesama perempuan. Mulai dari standar kecantikan, standar mode baju dan gaya rambut, standar model pekerjaan, dan keseluruhan kehidupan perempuan seolah masuk dalam relasi kekuasaan dominan aturan adat kebiasaan masyarakat. Pernah mendengar kalimat: ”IH PEREMPUAN JANGAN TINGGI-TINGGI SEKOLAH NANTI SUSAH JODOH.” “IH, PEREMPUAN NGAPAIN SIH BERKARIR, ANAK ITU URUSIN” “UDAH UMUR 25, KOK BELUM NIKAH?” atau lebih mendalam lagi lontaran soal standar kecantikan: “IH, MUKANYA JERAWATAN YA SEKARANG.”   “KOK GENDUTAN, MASIH KURUS AJA.” Ucapan-ucapan tersebut terkad terucap bukan dari lawan jenis saja, tetapi dari kaum perempuan itu sendiri. Sadar ataupun tidak kadang perempuan juga berpandangan hanya berdasarkan kesaaman yang melekat pada diri dia. Terkadang ketika sesuatu sedikit saja berbeda