Cerpen
PELANGI
SEPIKU
Karya: Rifa Nurafia
Saat
senja menghampiri ada harapan setelah gelap itu ada, esok akan ada fajar
yang duduk menunggu didepan gerbang
menemani berjalan menyusuri jalan setapak yang terkadang membutuh pegangan
untuk menopang jika terpeleset dan akhirnya jatuh.
Fajar yang ditunggu tenyata bukan fajar dipagi
hari melainkan senja yang tenggelam bersama matahari dan memunculkan kegelapan.
Sore
itu, bersamaan dengan rintik-rintik hujan ada pelangi di rumahku, pelangi yang
aku tunggu hampir selama empat tahun, aku tidak pernah peduli pelangi itu milik
siapa dan akan bertahan atau menghilang. Aku hanya mengerti empat tahun lalu
pelangi itu berkenalan denganku mengajariku bagaimana warna-warni keindahan itu
dapat diciptakan, bagimana refleksi sebuah biasan cahaya menjadi begitu indah,
pelangi yang aku hampir melihatnya selalu dari kejauhan sekarang datang
mendekat denganku, bahkan dekat hanya 3 langkah kaki aku berdampingan dengannya.
Aku hampir lupa dengan sebuah janji diujung hari perjalanan liburanku, saat itu
pelangi berjanji memberikan salah satu warnanya untuk ku, untuk aku miliki agar
mengingatnya, pelangi itu juga berjanji dalam setiap rintik hujan kita harus
menyempatkan bertemu menyapa dan bercanda gurau, bahkan aku diperbolehkan saat
petir menghantam langit aku bercerita dengan pelangi tapi nanti setelah hujan
benar-benar deras dan terdapat pelangi disitu, diujung jalan yang tak pernah
ada ujungnya, diatas awan yang tidak pernah menyempit, dan pelangi tidak pernah
datang untuk semua janji itu.
Dalam dekapan senja yang tidak berwana
kemerah-merahan, senja diujung sore sehabis hujan pelangi berdekapan dengan ku,
dekat sampai aku tau bahawa warna pelangi benar-benar ada tujuh, lengkap tidak
hilang, tidak pudar seperti empat tahun lalu yang hanya dapat aku lihat dari
kejauhan, menyapanyapun aku sampai lupa bagaimana lelahnya menunggu sepi yang
aku harapkan ramai. Aku bahagia sebab pelangi itu datang persis seperti
janjinya, dalam perasaan itu entah sampai kapan aku memendamnya, memendam rasa
sabar menunggunya sampai detik ini aku bertemu dan aku mengerti ada rasa peduli
atas diriku, rasa memiliki dan ingin menjagaku meskipun aku tahu beberapa tahun
lalu terlalu banyak hujan tanpa pelangi dalam mataku, hanya bayangan janji
saja. Kenyataan yang aku hadapi benar-benar ada tanpa rekayasa. Aku bahagia, benar
bahagia seperti pertama aku mengenalnya. Aku ceritakan kegelisahanku, aku
ceritakan ketakutanku lalu aku ceritakan sabar dan lelahnya aku menunggu dan
pelangi berkata “ selagi aku bisa datang dan menemanimu aku akan datang”
Sore
itu datang begitu cepat sampai akhirnya pelangi berpamitan, langit mulai tidak
biru lagi, mataku melihatnya kelam. Tapi Aku biarkan dia pergi lalu berkata
“jangan datang untuk sebuah kenangan yang hanya menyisakan penasaran yang
mendalam “. Dia pergi seketika tanpa sebuah janji apapun, entah janji untuk
melindungiku seperti empat tahun lalu, atau janji mengajariku bagaimana
warna-warni dalam dirinya begitu indah tanpa menghilangkan apapun. Hanya
berkunjung lalu pergi sesuka hati, sampai aku tau pelangiku sepi, tak berucap
apapun.
Pelangi
itu hanya datang menyapa bukan untuk menetap, menyakitkan memang datang sesuka
hati pergi menghilang begitu saja, warna-warninya memang sudah menghilang tapi
redup-redup cahayanya masih terlihat diujung langit menjelang gelapnya malam.
Hanya menepi bukan berdiam diri, semua hilang di senja yang muncul setelah
hujan deras, menghilang, mungkin tidak akan pernah kembali, senja yang aku
harapkan memang muncul bersamaan pelangi tapi tidak seperti matahari yang
bersinar terang sampai datang kegelapan. Dah akhirnya aku mengerti langit tidak
pernah meninggalkan pelangi, meski langit selalu sepi disenja hari mungkin jika
ada hujan sesekali pelangi datang tapi tidak selalu seperti itu. Pelangi
membawa sepi kembali dalam awal kegelapan diakhir sisa cahaya. Pelangi itu ku
sebut sepi sebab ada dan tidak adanya pelangi hanya membuatku berharap
kesakitan. Membuatku menunggu senja yang aku harap tidak hanya kemerah-merahan
diujung garis yang kulihat tapi warna-warni pelangi. Sampai bertemu sepi yang
tidak pernah menemukan kebahagiaan lewat keramaian.
Aku
mengerti bukan rasa peduli yang ditunjukan melainkan hanya sepi yang akan
memunculkan sepi sepi baru dalam hati, sebab pelangi hanya datang sesekali saja
bukan untuk menemani hanya mewarnai langit yang kosong. Sepi dalam
kepura-puraan senja itu membekas tepat diujung selipan cahaya matahari. Sepi
yang aku katakana sebagai sebuah hal yang tidak akan pernah menghilang. Selalu
datang meski tidak sering, sepi itu sepiku diujung senja warna pelangi.
≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Komentar
Posting Komentar