Postingan

 Naik Gunung Turun Gunung Semangat Oleh: Rifa Nurafia Hari ini berkecamuk sudah, seperti banyak yang dipertanyakan. oh Tuhan "kapan ini selesai?". Sungguh aku ingin tidur saja.  Barang kali itu isi pikiranku yang dua tahun ini berkecamuk. Langkah-langkah yang diambil buatku cukup berat, rasanya seperti akan menganggakt gunung. Sedikit cerita, mari simak dengan baik.  Ini semester akhirku di pascasarjana, Rasanya sangat berat kebingungan, kelelahan, tangis, sedih, sampai perasaan yang aku sendiri tidak tahu mendeskripsikannya. Aku baru merasa kembali berjuang, iya seperti mencari masalah dalam diri sendiri sih! menyebalkan memang. Seperti banyak hal yang tidak terduga, aku berusaha selalu melakukan yang terbaik. pintaku sejenak saja, aku ingin tidur nyenyak. Entahlah, bagiku itu sangat sulit, mempertanyakan banyak hal di dalam diri. tapi ini sangat membekas dalam memoriku, inikah perjuangan? aku harap medan tempur di depan berpihak padaku. Yeay! ayo bangkit naik lagi.

Menghadapi Dunia Baru

  Kalau duniamu berubah, tentu itu menandakan bahwa kau bertumbuh. Sepenggal cerita berlabuh padaku, katanya semua berubah. Orang-orang terdekat, masalah yang tidak selesai, pekerjaan yang menumpuk, serta ekspetasi yang tidak terkendali. Kau ingat, pagi itu seorang datang padaku bercerita tentang patah hati dan kecewa atas kegagalan pernikahan, lalu datang satu orang lagi bercerita betapa menakjubkannya kehilangan seseorang, lalu kemudian datang cerita-cerita lain yang tidak kalah mendebarkan, membahagiakan, bahkan menyedihkan. Yang bahkan di sekolah sepertinya tidak pernah dipelajari, masalah yang rasanya setiap orang tidak akan ada habisnya mengadu nasib keterpurukan ataupun beradu paling bahagia. Iya, itulah dunia. Dunia yang saat ini sedang berputar. Duniaku, duniamu, dunia mereka hanya sepenggal dari betapa berkuasanya Allah dalam menghadirkan banyak hal. Ada sedih, senang, kecewa, kemarahan, ketidakberdayaan serta emosi-emosi yang tidak terduga. Semuanya seperti tidak menatap.

Hai untuk Kamu

  Hai! Sudah terlalu lama, cukup lama untuk aku katakana ini patah hati. Empat tahun bukan waktu yang mudah untuk aku bertahan sampai tahap ini. Tidak, kisah kita memang sudah selesai, tapi rasanya sesak itu selalu ada. Memang tidak mudah untukku, mungkin amat sangat mudah untukmu. Selamat atas banyak kebahagiaan yang sedang kamu raih, ya!. Tidak sengaja, aku melihatmu di sosial media. Kau amat tersenyum bahagia dengan seseorang hari ini. Sebentar lagi, akupun akan segera melupakan kisah kita, kalaupun tidak aku mengenangmu sebagai patah hati yang tidak pernah akan aku lakukan lagi. Sungguh, aku ingin selesai. Menyakitkan memang hilang tanpa sebuah alasan dan aba-aba. Aku mengingat jelas perkataan itu: “Maaf aku hilang dari lingkaran”. Sungguh sangat terlihat jelas saat itu pertengkaran gila yang kita lakukan, dan aku merengek kesal karena kamu acuhkan. Lalu kau berkata: “nanti kita ketemu, puaskan segala rindumu”. Ternyata, itu hanya untaian kata saja, sampai akhirnya perpisahan itu
  Hai, apa kabar? Tadi pagi, aku bertemu seorang, ah katanya rindu sekali padamu, lalu hanya bisa melihat semua kenangan   itu di facebook. Sudah lama, sangat lama ternyata sudah pergi. Seperti hari-hari yang sudah terlewati, ternyata benar bahwa lebih sesak kehilangan yang tidak atau bahkan sesuatu yang sudah tidak akan ditemui lagi, bahkan melihat senyumnya saja tidak mungkin. Sungguh sesak, lebih sesak dari apapun. Seperti ada lubang kosong yang akan terus kosong di sana, tapi itulah takdir, selalu sekejap tidak terduga. Ah, sudah lima tahun ternyata, aku bahkan tidak melupakan genggaman terakhir kamu di dunia, sampai saat ini aku masih lengkap mengingatnya. Pada bagian itu aku menjadi paham dan mempersiapkan segala yang datang dan pergi, semua sementara, semua akan hilang juga, semua akan kembali pada yang empunya semesta ini.

Gak Papa~

 Untuk kamu yang sangat amat sedang jauh. Jauh dari diri kamu yang biasanya. Gak papa, aku tahu ini sangat berat, teramat berat lalu kau sendirian. Rasanya pasti ingin berteriak, melihat semuanya terasa kacau. Gak papa beneran gak papa, jangan galak-galak sama diri kamu. Udah paling hebat sejauh ini. Untuk kamu yang sangat amat jadi kebanggan dirimu, aku paham terlalu berat untuk dikatakan. Tapi sesungguhnya kamu sudah melampaui banyak hal. Kamu bukan lagi orang yang sama, kamu sudah berbeda dari sebelumnya. Lebih tabah dan kuat dalam segala hal. Terima kasih ya, sudah sejauh ini!

AKU MENIKMATI KEPAYAHAN~

Aku berjalan lalu ternyata terlalu lambat. Semuanya sudah hampir mencapai akhir, tapi itu hanya pandanganku saja, ternyata masih banyak yang juga berjuang. Kamu tidak sendirian! Aku menikmati dan berusaha untuk tidak menyalahkan diri. Tidak, kamu tidak lambat sedikitpun. Aku tidak pernah suka dengan kekuatan yang menghilangkan kejujuranmu pada diri sendiri. Jujur saja, tapi selepas itu nikmati dengan tenang. Aku menikmati payahku dalam lelah yang tidak berbentuk, dalam rintangan yang semakin memuncak, dalam doa yang juga semakin mendekat. Allah hanya menyuruh ikhtiar, lalu selepas itu bersyukur. Tidak, tidak untuk dibandingkan dengan kecepatan sampai lebih dulu.
 Tanda Tanya oleh: Rifa Nurafia Bagaimana rasanya patah hati yang tak selesai? kau bahkan mengungkapkannya pun tidak pernah Kau bahkan tak bisa tau bahwa menyukainya begitu sangat sesak Kau bahkan tak bisa memilih jalan untuk pergi atau pun kembali Tetapi kau sadar bahwa padanya kau belajar penerimaan :)