Terkurung Prasangka
Terkurung Prasangka
Oleh: Rifa
Nurafia
Ternyata ada jarak yang tak bisa aku jelaskan, ada
ucapan yang tak bisa diucapkan bahkan ada waktu yang aku harap berbalik dan
terpotong dan tak aku lewati peristiwanya. Malam ini langit begitu hitam tanpa
bintang, sementara tiba-tiba datang angin datang merusak semuanya. Satu kalimat
yang membuat dinding kelopak mata nyaris tak hentinya mengeluarkan buliran. Satu
kalimat sederhana yang dibaca lewat status dalam sosial media. Malam ini seisi
kamar rasanya menatap dengan keheranan,
dengan semua tanya dan rasa kebingungan. Tak mungkin berteriak sebab tak ada yang
mengerti mengapa bisa terjadi. Tubuh yang menyender dinding, wajah ditekuk dan ditahan oleh kaki kiri yang
dipeluk menjadi fokus di atas kasur. Tak terhindar ada akibat dari satu kalimat
sederhana dari sosial media meruntuhkan semuanya. Lebur, hancur, patah,
tercecer dan menyakitkan.
“Perempuan bisa apa, bolehkan dia menyatakan
perasaan cintanya lantas bertanya pada yang dituju? “
Aku bergumam dengan pantulan diriku
di cermin. Menit yang menyakitkan kemudian membawa duka lara, aku baca
sepenggal kalimat sederhana dari sosial media. Seperti kata lulus/ tidak lulus pada kertas
pengumuman kelulusan Ujian Nasional yang dapat benar-benar membuat prasangka
yang aneh-aneh. Tapi kalimat dari sosial media itu benar menusuk dan membuatku
patah hati. Meruntuhkan dinding tembok harapan. Aku tidak dapat mencengah
tangisan. Semua prasangka tiba-tiba terbayang dalam pikiran setelah aku baca
kalimat itu. Prasangka yang menimbulkan aku menarik kesimpulan sendiri tanpa
pernah tau kebenarannya. Prasangka yang membuat kelopak mata terus berlinang
sampai diriku tak mengerti ada apa dengan perasaan ini. Kalimat yang bermakna
dan mengindikasikan ada sesuatu dan seseorang. Dan semua prasangka itu
terkumpul menjadi sebuah pisau yang mengiris harapan kemudian membuat pilu. Semua itu membuat aku
berfikir untuk mundur dan tak meneruskan kedekatan ini.
Beberapa bulan lalu, perkenalanku dimulai. Seorang yang
asing bagiku lantas kemudian menjadi akrab karena saling mengirim pesan lewat
sosial media. Memang benar, meski awalnya tak pernah ada rasa, tapi karena
terlalu sering dan berinteraksi harapan itu muncul. Tak pernah aku kira
semuanya menjadi pedih malam ini. Semua berjalan cepat tanpa bisa aku
kendalikan.
Malam ini, semua menjadi hitam dan tak ada arah. Aku
mundur. Sepenggal kalimat di sosial media “untukmu” tertulis jelas pada akun
sosial media laki-laki itu dengan setangkai bunga mawar. Menyakitkan, padahal malam
ini lelaki itu sedang bercekrama denganku lewat dinding hitam bersimbol kotak
bertotol lingkaran kecil berjumlah tujuh. Pesan yang selalu terlihat diterima
ataupun dibaca. Aku terpaksa mengurung semua prasangka sebelumnya dengan
prasangka yang datang secepat kilat malam ini, aku simpulkan bahwa lelaki itu
menaruh hati pada perempuan lain. Entahlah, aku benar-benar merasa salah
menaruh harapan terlalu dalam. Seolah tak ada kejadian apapun, aku tetap
membalas cekraman pesan itu, dan memilukan hati ini. Mengurung semua prasangka
ini dalam dekapan lara dan kebingungan entah apa sesungguhnya yang terjadi.
#bersambung
Komentar
Posting Komentar