Terkurung Prasangka#2



Terkurung Prasangka
Episode 2
Oleh: Rifa Nurafia
Manusia itu tetap menangis, menghujat waktu yang katanya salah menempatkan dirinya pada keadaan malam yang tiba-tiba seperti petir mengangetkan dan membuat ketakutan. Manusia tetap terkadang bersumpah serapah pada kesempatan yang sudah dinikmatinya karena semua angan berubah menjadi menyakitkan. Waktu yang singkat malam ini menjadi pelampiasan atas apa yang sudah dilihat, mulutnya berujar andai, andai, andai, dan andai.
Lantas jika kata “andai” itu berwujud pada kemunduran waktu beberapa menit dan semua pilu yang dianggap menyakitkan tak dijumpai apa akan tetap bahagia dan baik-baik saja? Kemudian manusia itu berangan melewati awan berharap beberapa menit yang sudah dilewati dengan pikiran dan kaitan yang pilu dengan membuat sebuah kata “andai” akan menyebabkan kejadian itu tak dialami dan tak terdeteksi, kau terkurung dalam prasangka!
Aku harap tak pernah lewat pada alur yang membawaku hingga terdiam dan merenung. Kurungan penjara pikiran semakin kuat setelah sepotong deretan kata yang jika dijabarkan maknanya masih umum namun dalam benakku sudah membuat bulatan tekad bahwa aku tersungkur jatuh pada pengharapan. Pesan singkat dengan sebuah simbol dan tanda yang membuat siapapun yang merasa sedang dekat dan didekati lawan jenis dengan penuh gairah selalu ditunggu. Kata “sedang menulis pesan” pada kolom obrolan pesan dalam sosial media dapat membuat sebuah percakapan menjadi mengasikkan jika si pengirim dan si penerima pesan sedang beriteraksi dengan tanpa jeda dan pesan terkirim sekilat mungkin tanpa perlu mengecek berkali-kali telepon genggam itu dengan kekhawatiran harus menunggu.
Aku selalu senang dengan sebuah obrolan, tapi malam ini aku benci semua kata, semua yang menunjukan dan membuat aku terdiam hanya karena sepenggal kata yang bagiku diperjelas maknanya oleh sebuah gambar. Orang-orang sedang ramai dengan semua kegilaannya mengunggah gambar dengan berbagai deretan kata yang terkadang begitu puitis, tapi tak pernah jelas untuk apa mereka sebenranya menulis itu. Orang-orang sedang sibuk dengan gambar kemudian menyebarluaskan semuanya. Orang-orang akhir-akhir ini sibuk dengan apa yang ingin diunggahnya tapi mereka lupa dampak apa yang akan ditimbulkan dari tulisan dan unggahan gambar di sosial media itu. Orang-orang tak pernah mengerti bahwa ada seorang yang selalu memperbaharui sebuah informasi dengan melihat sosial media. Mungkin semua yang orang-orang sosial media itu tak semua benar, tak semua selalu berkaitan dengan dirinya. Orang-orang lupa bahwa akan selalu muncul banyak prasangka, akan selalu muncul banyak tanya. Hasil unggahan seorang laki-laki itu menusuk hatiku lantas aku mulai benci menerjemahkan itu sebagai sebuah hal yang biasa saja. Aku kemudian termenung, memikirkan kaitan kata dengan gambar.  Aku kemudian berdiskusi dengan bayanganku.
#bersambung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudahkah Berterima Kasih Pada Dirimu?